Selasa, 16 Juni 2015

Ajaran Budha Tentang Bhavana


Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu objek 
Meditasi akan menghasilkan ketenangan pikiran dan kesadaran yang lebih baik, sehingga bisa mengalami waktu yang sedang berlangsung. Meditasi adalah wahana dalam pembelajaran untuk mencapai kejernihan sehingga realitas yang sebenarnya dapat di tangkap
1.     Bhavana dapat di bagi menjadi 3 macam
.
Metta bhavana
Metta Bhavana (skrt. MaƮtre) adalah keinginan akan kesejahteraan semua makhluk tanpa terkecuali. Metta bias di sebut juga cinta kasih jasmaniyah.
Praktek meditasi metta adalah dasar untuk melanjutkan kelatihan meditasi vipassana, bila suatu saat hal itu diperlukan. Jadi metta bhavana dalam agama budha itu adalah meditasi cinta kasih, yang dimana cinta kasih ini untuk merenungkan segala objek yang dipikirkan dalam bayangannya dan bertujuan untuk mencapai kepuasaan pada iniduvidu yang melakukan meditasi tersebut
2.     Samatha Bhavana
Samatha bhavana merupakan pemusatan batin atau penyatuan pemusatan batin. Meditasi atau bhavana ini di muali dengan pemusatan batin
Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah :
Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda), yaitu :
Pathavi kasina = wujud tanah
Apo kasina = wujud air
Teja kasina = wujud api
Vayo kasina = wujud udara atau angin
Nila kasina = wujud warna biru
Pita kasina = wujud warna kuning
Lohita kasina = wujud warna merah
Odata kasina = wujud warna putih
Aloka kasina = wujud cahaya
Akasa kasina = wujud ruangan terbatas                                          
Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :
Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha
Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma
Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha
Silanussati = perenungan terhadap sila
Caganussati = perenungan terhadap kebajikan
Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau para dewa
Marananussati = perenungan terhadap kematian
Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
Dalam Dhammanussati, direnungkan enam sifat Dhamma. Keenam sifat Dhamma itu adalah telah sempurna dibabarkan, nyata di dalam kehidupan, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.
         
Dalam Sanghanussati, direnungkan sembilan sifat Ariya-Sangha. Kesembilan sifat Ariya-Sangha itu adalah telah bertindak dengan baik, telah bertindak lurus, telah bertindak benar, telah bertindak patut, patut menerima persembahan, patut menerima tempat bernaung, patut menerima bingkisan, patut menerima penghormatan, lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.
Dalam silanussati, direnungkan sila yang telah dilaksanakan, yang tidak patah, yang tidak ternoda, yang dipuji oleh para bijaksana, dan menuju pemusatan pikiran.
Dalam caganussati, direnungkan kebajikan berdana yang telah dilaksanakan, yang menyebabkan musnahnya kekikiran.
         
Dalam devatanussati, direnungkan makhluk-makhluk agung atau para dewa yang berbahagia, yang sedang menikmati hasil dari perbuatan baik yang telah dilakukannya.
         
Dalam marananussati, orang harus merenungkan bahwa pada suatu hari, kematian akan datang menyongsongku dan makhluk lainnya; bahwa badan ini harus dibagi-bagikan olehku kepada ulat-ulat, kutu, belatung, dan binatang lainnya yang hidup dengan ini; bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan, di mana, dan melalui apa orang akan meninggal, serta keadaan yang bagaimana menungguku setelah kematian.
Dalam kayagatasati, orang merenungkan 32 bagian anggota tubuh, dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah, yang diselubungi kulit dan penuh kekotoran; bahwa di dalam badan ini terdapat rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput dada, limpa, paru-paru, usus, saluran usus, perut, kotoran, empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi, air kencing, dan otak.
         
Dalam anapanasati, orang merenungkan keluar masuknya napas. Dengan sadar ia menarik napas, dengan sadar ia mengeluarkan napas.
3.     Vippasana bhavana
Istilah vippasana (vi-passana) berasal dari asal katanya dilihat dengan cara istimewa dan kata passair Vippasana brarti meliaht dari segi yang lebih jauh, bukan melihat ke permukaan ataupun bersifat sepintas lalu lalu melihatnya dengan prespektif yang sebenarnya. Dalam istilah dari ketiga sifat khas dari semua gejala kehidupan yaitu: annica, dukha dan anatta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar