HARI – HARI
SUCI AGAMA HINDU
PENDAHULUAN
Setiap golongan penganut Agama, golongan negara, golongan manusia
di dunia ini pasti mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (kramat)
sakral dan mulia, yang tentunya tidak
akan dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara perayaan (peringatan), meskipun perayaannya sederhana.
Dalam Agama Hindu sendiri hari suci adalah penting karena pada hari-hari suci
tersebut para dewa beryoga untuk menyucikan alam semesta berupa isinya .
Beryadnya pada saat ini nilainya sangat baik dibandingkan hari biasanya dan
hari suci sering disebut dengan hari raya karena pada saat ini diperingati dan
dirayakan dengan khusus dan istmewa . Umat hindu sering menyebut dengan “
Rahinan”. Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia. Sebagai penghormatan dan
pemujaan terhadap Hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala cinta kasih-Nya
yang tidak terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci atau
rahmat-Nya kepada semua kehidupan di dunia ini.
Berikut beberapa Hari – hari suci Agama Hindu :
1.
Nyepi
Dalam istilah orang Bali sendiri mereka punya arti tersendiri untuk
memahami nyepi itu. Menurut mereka nyepi itu adalah memadamkan segala hasrat
buruk dalam diri kita yang selalu menjadi penghalang untuk mencapai tingkat
kekosongan. Nyepi itu kosong. Kosong dari angan-angan, kosong dari pikiran
buruk. Maka dari itu beragam pulalah arti nyepi bagi setiap orang yang memiliki
keyakinan terhadap kepercayaannya. Nyepi juga punya arti sebagai Perayaan dalam
rangka merayakan Tahun baru Saka, yang terdiri dari beberapa rangkaian acaranya
yaitu :
® Panglong 13 Sasih Kasanga
Umat Hindu melaksanakan upacara Melasti / Mekiis ke sumber mata air
(laut), yang bertujuan untuk “ ngayudang malaning gumi, angamet tirtha
amertha”, artinya menghayutkan segala kotoran buana agung dan buana alit
kemudia memohon tirtha amertha ( tirtha kehidupan )
® Tilem Sasih Kasanga
Melaksanakan Budha yadnya mulai dari tingkat keluarga sampai
tingkat propinsi. Setelah melaksanakan upacara tersebut sore harinya (
sandhikala ) diadakan upacara ngerupuk dan mengarak ogoh-ogoh sebagai simbois
wujud Bhuta Yadnya. Mengarak ogoh-ogoh bertujuan untuk nyomnya Bhuta Kala agar
sifat-sifatny yang negatif berubah menjadi dewa agar membantu menylamatkan umat
manusia.
® Tanggal Apisan ( tanggal satu ) sasih kadasa
Adalah tahun baru Saka ( hari suci nyepi ). Umat Hindu melaksanakan
Catur Brata Penyepian yaitu :
1. Amati Geni artinya tiidak menyalakan api
2. Amati Karya artinya tidak bekerja
3. Amati Lelungan artinya tidak berpergian
4. Amati Lelanguan artinya tidak mengumbar nafsu ( tidak mendengarkan
radio, tape,TV,dan kegiatan yang menyenangkan lainnya )
® Ngembak Geni
Sehari setelah hari suci Nyepi,umat Hindu saling
kunjung-mengunjungi sanak keluarga
® Dharma Santi
Setelah hari ngembak geni. Mengenai pelaksanaan Dharma Santi ini
disesuaikan dengan kemempuan dan desa,kala,patra( tempat,waktu dan keadaan )
2.
Ciwaratri
Hari Raya Ciwaratri adalah malam renungan suci atau malam pelaburan
dosa. Hari Ciwaratri jatuh pada Purwanining Tilem Ke VII (kepitu), yaitu sehari
sebelum bulan mati sekitar bulan januari. Pada hari ini kita melakukan Puasa
dan Yoga samadhi dengan maksud untuk memperoleh pengampunan hari Hyang widhi
atas dosa yang diakibatkan oleh awidnya (kegelapan). Hari ciwaratri kadang kala
disebut juga hari pejagaran. Karena pada hari ini Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha
Esa). Yang
bermanifestasikan sebagai Ciwa dalam fungsinya sebagai pelebur, melakukan Yoga
Yoga semalam suntuk, karena Itu pada hari Ini kita memohon kehadapan- Nya agar
segala dosa –dosa kita dapat dilebur. Pada malam Ciwaratri ini. Setiap orang
mendapat kesempatan untuk melebur perbuatan buruknya (dosanya) dengan jalan
melaksanakan brata Ciwaratri. Hal ini disebutkan dalam kitab Padma Purama.
Bahwa sesungguhnya malam Ciwaratri itu adalah malam peleburan dosa, yaitu
peleburan atas dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang didalam hidupnya.
3.
Galungan
Hari Raya Galunagan adalah pemujaan kepada Hyanng Widhi yang
dilakukan dengan penuh kesucian dan ketulusan hati. Memohon kesejahteraan dan
keselamatan hidup serta agara dijauhkan dari awidya. Hari raya galungan adalah
hari pawedalam jagat. Yaitu pemujaan
bahwa telah terciptnya jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi. Hari ini
muncul setiap 210 hari sekali. Yaitu pada hari rabu kliwon Wuku Dungulan. Galungan merupakan perlambang perjuangan
antara yang benar (dharma) nmelawan tidak benar (adharma) dan juga sebagi
pernyataan rasa terimakasih atas kemakmuran dalam alam yang diciptkan Hyang
Widhi ini. Disamping itu pula, perayaan galungan adalah untuk menyatakan terima
kasih dan rasa bahagia atas kemurahan Hyang Widhi yang dibayangkan telah sudi
turun dengan diiringi oleh para dewa dan para Pitara ke dunia.
Sehari sebelum galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan.
Disebut hari Hari Penampahan. Mulai saat penampahan ini segala bentuk nafsu
hendaknya dikendalikan dalam rangka menyambut hari raya Galungan (Besoknya),
karena pada hari Penampahan iini manusia berusaha digoda oleh nafsu-nafsunya
yang bersifat negatif, misalnya nafsu murka, iri hati, sombong, congkak dan
lain-lainnya, yang dilambangkan dengan Sang kala Tiga. Apabila manusia pada
saat itu kurang waspada dan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, maka ia
akan dikuasai adanya dorongan nafsu marah, sering terjadi
pertengkaran-pertengkaran .perselisihan dan lain sebagainya.
4.
Kuningan
Hari Raya Kuningan jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari
sekali yakni sepuluh hari setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan
Hyang Widhi yang turun kedunia dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari
melimpahkan Karunia-Nya kepada umat manusia. Karena itu pada hari Kuningan kita
hendaknya mengahturkan bakti memohon kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan
tuntunan lahir bathin. Pada hari kuningan ini, sajen (banten) yang dihaturkan
harus dilengkapi dengan nasi yanng berwarna kuning. Tujuannya adalah sebagai
tanda terima kasih atas kesejahteraan dan kemakmuran yang dilimpahkan oleh
Hyang Widhi Wasa. Pada hari ini kita membuat tamiang, endongan dan kolem yang
dipasang pada Padmasana. Sanggah (Merajan) dan Penjor. Tamiang ini adalah
simbol alat penangkis dari serangan, endongan adalah simbul tempat makanan
karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu, tumpeng serta lauk pauknya, dan
kolem merupakan simbul tempat istirahat atau tidur. Upacara persembanhyangan
hari kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.
5. Hari Purnama dan Tilem
Purnama dan Tilem,
Juga merupakan hari suci bagi umat Hindu, yang harus disucikan dan dirayakan
untuk memohon berkah, rahkmat dan Karunia dari Hyang Widhi. Pada hari Purnama
adalah payogaan Sanghyang Candra dan pada hari raya Tilem adalah Payogaan
Sanghyang Surya. Kedua-duanya sebagai kekuatan dan sinar suci Hyang Widhi
(Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam manifestasinya berfungsi sebagai pelebur segala
mala (kekotoran) yang ada di dunia.
Bila pada hari
Purnama atau Tilem umat manusia menghaturkan upakara yadnya dan persembahyangan
kehadapan hyang Widhi, dari nilai satu aturan (bhakti) yang dipersembahkan itu
akan mendapat imbalan anugrah bernilai sepuluh dari hyang Widhi. Demikianlah
hari Purnama dan Tilem itu yang merupakan hari Suci yang harus dirayakan oleh
umat Hindu untuk memohon anugrah dan rakhmat serta keselamatan dan kesucian
lahir bathin. Pada hari Purnama dan Tilem hendaknya mengadakan upacara-upacara
persembahyanngan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya sebagai salah satu
aspek dari pada pengalaman ajaran agama.
Hari Purnama jatuh
setiap bulan penuh (sukla paksa), sedangkan Tilem jatuh setiap bulan mati
(krsna paksa). Baik purnama maupun Tilem datengnya setiap 30 atau 29 hari
sekali. Pada hari Purnama dan Tilem ini kitahendaknya mengadakan pembersihan
secara lahir batin, karena itu, disampping bersembahyang mengadakan puja bhakti
kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, juga kita hendaknya mengadakan
pembersihan dengan air (mandi yang bersih). Menurut pandangan Hindu bahwa air
merupakan sarana pembersihan yang amat penting didalam kehidupan manusia.
Disamping itu pula air merupakan sarana pembersih, juga sebagai pelebur
kotoran.
6. Hari Saraswati
Hari Saraswati,
adalah hari raya untuk memuja hyang Widhi dalam menifestasinya dan kekuatannya
menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati merupakan
piodalan Sang hyang Aji Saraswati atau turunya Weda yang dirayakan setiap hari
sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan
Hyang Widhi dalam Manifestasin-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan dilambangkan
dengan seorang “Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu pengetahuan Suci,
karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan kaum cendikiawan, saraswati
ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran hyang Widhi atas segala Ilmu
pengetahuan suci yang telah dianugrahkan itu.
Dewi Saraswati
merupakan sakti Brahma (manifestasi Hyang Widhi dalam hal mencipta), yang
mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Dari ilmu
pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada didunia, tanpa ilmu
pengetahuan manusia tidak mungkin dapat menciptkan yang baru.
Dalam kesempatan
lain ada juga yang mendefinisikan hari suci berdasarkan jenisnya sebagai
berikut;
Jenis – jenis Hari Suci
1. Hari raya /yadnya dilakukan setiap hari. Sebagai contoh para sulinggih
melakukan Surya Sewana, umat Hindu melakukan Tri Sandhya, Yoga Yadnya,
Swadhyaya Yadnya, dan Dyanayadnya. Yang harus dilakukan tiap hari adalah Yadnya
Sesa
2.
Hari raya berdasarkan pertemuan Tri Wara dengan Panca Wara
Artinya
persembahan yang dilakukan pada pertemuan antara hari Kajeng (Tri Wara), dan
Kliwon (Panca Wara) sehingga didapatkan hari suci Kajeng Kliwon. Kliwon
datangnya setiap lima hari sekali, Sang Hyang Siwa bersemedi,pemujaan
terhadap sang Hyang Siwa. Kajeng Kliwon datang setiap 15 hari sekali,pemujaan
terhadap Sang Hyang Siwa
3.
Hari Raya Berdasarkan pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara
Artinya persembahan
dilakukan pada pertemuan Sapta Wara denga Panca Wara, antara lain sebagai
berikut:
a. Anggara Kliwon disebut pula Anggara Kasih, pada
hari ini beryoga Sang Hyang Rudra.
b. Budha Wage disebut
juga Budha Cemeng, beryoga Sang Hyang Manik Galih menurunkan Sang Hyang Ongkara
Amertha di bumi ini. Yadnya dipersembahkan kepada sang Hyang Sri Nini, agar
diciptakan kemakmuran dunia
c. Budha Kliwon, hari ini namanya sering
disesuaikan dengan wukunya. Hari Budha Kliwon adalah hari penyucian
Sang Hyang Ayu atau sang Hyang Nirmala Jati Sehingga persembahan
ditunjukkan padanya
d. Saniscara Kliwon
hari ini namanya sering disesuaikan dengan nama wuku.Persembahan ini ditujukan
kepada Sang Hyang Parameswara
Hari-hari suci Agama
Hindu Di India
A. Chaitra Purnima
Hari suci ini jatuh
pada purnama Bulan Chaitra (ke 9) di bali bersamaan dengan Purnama
kadasa (WAISAKA ), sekitar Maret-April. Pada hari ini umat melakukan
pemujaan terhadap Dewa Yama. Umat biasanya mengaturkan sesaji berupa nasi
lengkap dengan bumbunya. Setelah persembahan. Umat biasanya makan bersama
(prasadam). Hari raya ini sebenarnya jatuh pada purnama dibulan pertama,
menurut kalender Hindu. Sebab
Umat Hindu memandang Bulan Chaitra sebagai awal tahun baru sehingga perayaan
ini bisa jadi sekaligus merupakan perayaan tahun baru Saka.
B. Durgapuja
Hari suci ini di
rayakan pada suklapaksa (penanggal) sampai 10 pada bulan Asuji, sekitar
September- oktober. Pada sistem kalender bali, ini bertepatan dengan bulan kartika (sasih
kapat). Hari durgapuji ini juga diperingati setelah Rahmawavani yang
jatuh pada suklapaksa kesembilan.
Pada hari ini, umat
pertama-tama melakukan pemujaan di rumahan masing-masing. Pada hari ini, umat
juga memuja Siva Ganesha dan dewa-dewa lainya. Pada perayaan ini, umat biasanya
menggarak patung dewi Durga berlengan delapan lengkap dengan senjatanya. Umat
biasanya melakukan bhajan. Semalam suntuk untuk memuja durga. Mereka biasanya
menggunakan tempat-tempat umum, seperti di dekat pasar dan sejenisnya. Pada
puncak acara, umat biasanya juga melakukan mandi suci ke sungai-sungai suci.
C. Dipavali
Hari suci ini biasanya
di peringati pada Krsnapaksa ke 14 (pangelong ping 14) bulan
kartika. Pada sistem kalender di Bali bertepatan dengan sasih kalima.
Hari suci ini dilaksanakan untuk memperingati kembalinya Sri Rama ke Ayodhya. Sehingga
umat menyambut beliau dengan menyalahkan Dipa, sejenis lilin-lilin
kecil.
D. Gayatri Japa
Hari suci ini untuk
memperingati turunya Mantram Gayatri. Mantram ini adalah ibu daripada semua
Mantram dalam Weda. Hari suci ini sangat dikramatkan umat Hindu. Hari suci ini
jatuh pada Purnama Srawana, sekitar Juli-Agustus. Hari suci Ini bertepatan
dengan purnama Karo (Bhadrapada) menurut sistem kelender umat Hindu di Bali.
E. Guru Purnima
Hari suci ini juga
disebut Vyasa Jayanti, atau hari kelahiran Maharsi Vyasa. Hari
suci ini jatuh padaPurnama Asadha, sekitar Juni-Juli. Menurut perhitungan
kalender hindu dibali, ini bertepatan dengan purnama kasa (Srawana). Hari ini
sangat penting bagi para Sannyasin. Pada hari ini, mereka akan
berhenti mengembara. Mereka akan tinggal diasram-asram untuk mendiskusikan Brahmasutra dan
bermeditasi.
Kesimpulan
Tempat suci mempunyai funsi yang amat penting bagi
Umat Hindu funsi yang hampir meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat Hindu.
Sebagaimana disebutkan dalam sastra agama, maka fungsi
tempat (Pura) itu adalah sebagai berikut:
a. Pura adalah temapt beribadat, tempat manusia
mendekatkan dirinya kepada Hyang Widhi, tempat memohon dan bersujud kehadapan
Tuhan yang Maha Pecipta. DiPuralah tempat manusia mempersatukan dirinya kepada
Tuhannya.
b. Pura juga merupakan tempat memperlai mengikrarkan
sumpahnya atas pesaksian Sang Hyang Widhi untuk memasuki hidup baru, mereka
berjanji tetap setia sehidup semati bersama dalam suka maupun duka untuk
membawa rumah tangga yang berbahagia sesuia dengan tuntunan agama
c. Temapt untuk memuja roh-roh suci yang dipandang
suci baik roh suci leluhur, roh para Rsi maupun raja-raja yang dianggap telah
menjadi Dewa-dewi.
Sumber:
Sumber:
Warman I Nyoman Singgin dan Sutara I Gede. Hari Raya Hindu Bali-India. Surabaya: Paramita. 2003.
Oka Netra Anak Agung Gde. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Denpasar: Widya Dharma. 2009.
Suarka I Nyoman. Ketuhanan Bali; Kajian Analisis dan Era Baru Empu Kunturan. Surabaya: Paramita. 2005.
http://dimas-sigit.blogspot.com/2012/01/hari-hari-suci-agama-hindu-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar