Rabu, 17 Juni 2015

Hari-Hari Suci dan tempat-tempat Suci Agama Hindu



HARI – HARI SUCI AGAMA HINDU
PENDAHULUAN
Setiap golongan penganut Agama, golongan negara, golongan manusia di dunia ini pasti mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (kramat) sakral dan mulia,  yang tentunya tidak akan dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara perayaan (peringatan),  meskipun perayaannya sederhana.  Dalam Agama Hindu sendiri hari suci adalah penting karena pada hari-hari suci tersebut para dewa beryoga untuk menyucikan alam semesta berupa isinya . Beryadnya pada saat ini nilainya sangat baik dibandingkan hari biasanya dan hari suci sering disebut dengan hari raya karena pada saat ini diperingati dan dirayakan dengan khusus dan istmewa . Umat hindu sering menyebut dengan “ Rahinan”. Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia. Sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap Hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala cinta kasih-Nya yang tidak terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci atau rahmat-Nya kepada semua kehidupan di dunia ini.
Berikut beberapa Hari – hari suci Agama Hindu :
1.      Nyepi
Dalam istilah orang Bali sendiri mereka punya arti tersendiri untuk memahami nyepi itu. Menurut mereka nyepi itu adalah memadamkan segala hasrat buruk dalam diri kita yang selalu menjadi penghalang untuk mencapai tingkat kekosongan. Nyepi itu kosong. Kosong dari angan-angan, kosong dari pikiran buruk. Maka dari itu beragam pulalah arti nyepi bagi setiap orang yang memiliki keyakinan terhadap kepercayaannya. Nyepi juga punya arti sebagai Perayaan dalam rangka merayakan Tahun baru Saka, yang terdiri dari beberapa rangkaian acaranya yaitu :
®    Panglong 13 Sasih Kasanga
Umat Hindu melaksanakan upacara Melasti / Mekiis ke sumber mata air (laut), yang bertujuan untuk “ ngayudang malaning gumi, angamet tirtha amertha”, artinya menghayutkan segala kotoran buana agung dan buana alit kemudia memohon tirtha amertha ( tirtha kehidupan )
®     Tilem Sasih Kasanga
Melaksanakan Budha yadnya mulai dari tingkat keluarga sampai tingkat propinsi. Setelah melaksanakan upacara tersebut sore harinya ( sandhikala ) diadakan upacara ngerupuk dan mengarak ogoh-ogoh sebagai simbois wujud Bhuta Yadnya. Mengarak ogoh-ogoh bertujuan untuk nyomnya Bhuta Kala agar sifat-sifatny yang negatif berubah menjadi dewa agar membantu menylamatkan umat manusia.
®    Tanggal Apisan ( tanggal satu ) sasih kadasa
Adalah tahun baru Saka ( hari suci nyepi ). Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yaitu :
1. Amati Geni artinya tiidak menyalakan api
2. Amati Karya artinya tidak bekerja
3. Amati Lelungan artinya tidak berpergian
4. Amati Lelanguan artinya tidak mengumbar nafsu ( tidak mendengarkan radio, tape,TV,dan kegiatan yang menyenangkan lainnya )
®    Ngembak Geni
Sehari setelah hari suci Nyepi,umat Hindu saling kunjung-mengunjungi sanak keluarga
®    Dharma Santi
Setelah hari ngembak geni. Mengenai pelaksanaan Dharma Santi ini disesuaikan dengan kemempuan dan desa,kala,patra( tempat,waktu dan keadaan )
2.      Ciwaratri
Hari Raya Ciwaratri adalah malam renungan suci atau malam pelaburan dosa. Hari Ciwaratri jatuh pada Purwanining Tilem Ke VII (kepitu), yaitu sehari sebelum bulan mati sekitar bulan januari. Pada hari ini kita melakukan Puasa dan Yoga samadhi dengan maksud untuk memperoleh pengampunan hari Hyang widhi atas dosa yang diakibatkan oleh awidnya (kegelapan). Hari ciwaratri kadang kala disebut juga hari pejagaran. Karena pada hari ini Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Yang bermanifestasikan sebagai Ciwa dalam fungsinya sebagai pelebur, melakukan Yoga Yoga semalam suntuk, karena Itu pada hari Ini kita memohon kehadapan- Nya agar segala dosa –dosa kita dapat dilebur. Pada malam Ciwaratri ini. Setiap orang mendapat kesempatan untuk melebur perbuatan buruknya (dosanya) dengan jalan melaksanakan brata Ciwaratri. Hal ini disebutkan dalam kitab Padma Purama. Bahwa sesungguhnya malam Ciwaratri itu adalah malam peleburan dosa, yaitu peleburan atas dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang didalam hidupnya.
3.      Galungan
Hari Raya Galunagan adalah pemujaan kepada Hyanng Widhi yang dilakukan dengan penuh kesucian dan ketulusan hati. Memohon kesejahteraan dan keselamatan hidup serta agara dijauhkan dari awidya. Hari raya galungan adalah hari pawedalam jagat.  Yaitu pemujaan bahwa telah terciptnya jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi. Hari ini muncul setiap 210 hari sekali. Yaitu pada hari rabu kliwon Wuku Dungulan.  Galungan merupakan perlambang perjuangan antara yang benar (dharma) nmelawan tidak benar (adharma) dan juga sebagi pernyataan rasa terimakasih atas kemakmuran dalam alam yang diciptkan Hyang Widhi ini. Disamping itu pula, perayaan galungan adalah untuk menyatakan terima kasih dan rasa bahagia atas kemurahan Hyang Widhi yang dibayangkan telah sudi turun dengan diiringi oleh para dewa dan para Pitara ke dunia.
Sehari sebelum galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan. Disebut hari Hari Penampahan. Mulai saat penampahan ini segala bentuk nafsu hendaknya dikendalikan dalam rangka menyambut hari raya Galungan (Besoknya), karena pada hari Penampahan iini manusia berusaha digoda oleh nafsu-nafsunya yang bersifat negatif, misalnya nafsu murka, iri hati, sombong, congkak dan lain-lainnya, yang dilambangkan dengan Sang kala Tiga. Apabila manusia pada saat itu kurang waspada dan tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, maka ia akan dikuasai adanya dorongan nafsu marah, sering terjadi pertengkaran-pertengkaran .perselisihan dan lain sebagainya.
4.      Kuningan
Hari Raya Kuningan jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari sekali yakni sepuluh hari setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan Hyang Widhi yang turun kedunia dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari melimpahkan Karunia-Nya kepada umat manusia. Karena itu pada hari Kuningan kita hendaknya mengahturkan bakti memohon kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir bathin. Pada hari kuningan ini, sajen (banten) yang dihaturkan harus dilengkapi dengan nasi yanng berwarna kuning. Tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan dan kemakmuran yang dilimpahkan oleh Hyang Widhi Wasa. Pada hari ini kita membuat tamiang, endongan dan kolem yang dipasang pada Padmasana. Sanggah (Merajan) dan Penjor. Tamiang ini adalah simbol alat penangkis dari serangan, endongan adalah simbul tempat makanan karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu, tumpeng serta lauk pauknya, dan kolem merupakan simbul tempat istirahat atau tidur. Upacara persembanhyangan hari kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.
5.      Hari Purnama dan Tilem
Purnama dan Tilem, Juga merupakan hari suci bagi umat Hindu, yang harus disucikan dan dirayakan untuk memohon berkah, rahkmat dan Karunia dari Hyang Widhi. Pada hari Purnama adalah payogaan Sanghyang Candra dan pada hari raya Tilem adalah Payogaan Sanghyang Surya. Kedua-duanya sebagai kekuatan dan sinar suci Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Kuasa) dalam manifestasinya berfungsi sebagai pelebur segala mala (kekotoran) yang ada di dunia.
Bila pada hari Purnama atau Tilem umat manusia menghaturkan upakara yadnya dan persembahyangan kehadapan hyang Widhi, dari nilai satu aturan (bhakti) yang dipersembahkan itu akan mendapat imbalan anugrah bernilai sepuluh dari hyang Widhi. Demikianlah hari Purnama dan Tilem itu yang merupakan hari Suci yang harus dirayakan oleh umat Hindu untuk memohon anugrah dan rakhmat serta keselamatan dan kesucian lahir bathin. Pada hari Purnama dan Tilem hendaknya mengadakan upacara-upacara persembahyanngan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya sebagai salah satu aspek dari pada pengalaman ajaran agama.
Hari Purnama jatuh setiap bulan penuh (sukla paksa), sedangkan Tilem jatuh setiap bulan mati (krsna paksa). Baik purnama maupun Tilem datengnya setiap 30 atau 29 hari sekali. Pada hari Purnama dan Tilem ini kitahendaknya mengadakan pembersihan secara lahir batin, karena itu, disampping bersembahyang mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya, juga kita hendaknya mengadakan pembersihan dengan air (mandi yang bersih). Menurut pandangan Hindu bahwa air merupakan sarana pembersihan yang amat penting didalam kehidupan manusia. Disamping itu pula air merupakan sarana pembersih, juga sebagai pelebur kotoran.
6.      Hari Saraswati
Hari Saraswati, adalah hari raya untuk memuja hyang Widhi dalam menifestasinya dan kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari Raya Saraswati merupakan piodalan Sang hyang Aji Saraswati atau turunya Weda yang dirayakan setiap hari sabtu Umanis Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang Widhi dalam Manifestasin-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan dilambangkan dengan seorang “Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan kaum cendikiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran hyang Widhi atas segala Ilmu pengetahuan suci yang telah dianugrahkan itu.
Dewi Saraswati merupakan sakti Brahma (manifestasi Hyang Widhi dalam hal mencipta), yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan inilah timbul ciptaan-ciptaan baru yang ada didunia, tanpa ilmu pengetahuan manusia tidak mungkin dapat menciptkan yang baru.
Dalam kesempatan lain ada juga yang mendefinisikan hari suci berdasarkan jenisnya sebagai berikut;
    Jenis – jenis Hari Suci
1.      Hari raya /yadnya dilakukan setiap hari. Sebagai contoh para sulinggih melakukan Surya Sewana, umat Hindu melakukan  Tri Sandhya, Yoga Yadnya, Swadhyaya Yadnya, dan Dyanayadnya. Yang harus dilakukan tiap hari adalah Yadnya Sesa
2.      Hari raya berdasarkan pertemuan Tri Wara dengan Panca Wara
Artinya  persembahan yang dilakukan pada pertemuan antara hari Kajeng (Tri Wara), dan Kliwon (Panca Wara) sehingga didapatkan hari suci Kajeng Kliwon. Kliwon  datangnya setiap lima hari sekali, Sang Hyang Siwa  bersemedi,pemujaan terhadap sang Hyang Siwa. Kajeng Kliwon datang setiap 15  hari sekali,pemujaan terhadap Sang Hyang Siwa
3.      Hari Raya Berdasarkan pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara
Artinya persembahan dilakukan pada pertemuan Sapta Wara denga Panca Wara, antara lain sebagai berikut:
a.  Anggara Kliwon disebut pula Anggara Kasih, pada hari ini beryoga Sang Hyang Rudra.
b. Budha Wage disebut juga Budha Cemeng, beryoga Sang Hyang Manik Galih menurunkan Sang Hyang Ongkara Amertha di bumi ini. Yadnya dipersembahkan kepada sang Hyang Sri Nini, agar diciptakan kemakmuran dunia
c.  Budha Kliwon, hari ini namanya sering disesuaikan dengan  wukunya. Hari Budha Kliwon adalah hari  penyucian Sang Hyang Ayu atau sang Hyang Nirmala Jati Sehingga persembahan ditunjukkan  padanya
d. Saniscara Kliwon hari ini namanya sering disesuaikan dengan nama wuku.Persembahan ini ditujukan kepada Sang Hyang Parameswara
Hari-hari suci Agama Hindu Di India
  A.  Chaitra Purnima
Hari suci ini jatuh pada purnama Bulan Chaitra (ke 9) di bali bersamaan dengan Purnama kadasa (WAISAKA ), sekitar Maret-April. Pada hari ini umat melakukan pemujaan terhadap Dewa Yama. Umat biasanya mengaturkan sesaji berupa nasi lengkap dengan bumbunya. Setelah persembahan. Umat biasanya makan bersama (prasadam). Hari raya ini sebenarnya jatuh pada purnama dibulan pertama, menurut kalender Hindu. Sebab Umat Hindu memandang Bulan Chaitra sebagai awal tahun baru sehingga perayaan ini bisa jadi sekaligus merupakan perayaan tahun baru Saka.
   B.  Durgapuja
Hari suci ini di rayakan pada suklapaksa (penanggal) sampai 10 pada bulan Asuji, sekitar September- oktober. Pada sistem kalender bali, ini bertepatan dengan bulan kartika (sasih kapat). Hari durgapuji ini juga diperingati setelah Rahmawavani yang jatuh pada suklapaksa kesembilan.
Pada hari ini, umat pertama-tama melakukan pemujaan di rumahan masing-masing. Pada hari ini, umat juga memuja Siva Ganesha dan dewa-dewa lainya. Pada perayaan ini, umat biasanya menggarak patung dewi Durga berlengan delapan lengkap dengan senjatanya. Umat biasanya melakukan bhajan. Semalam suntuk untuk memuja durga. Mereka biasanya menggunakan tempat-tempat umum, seperti di dekat pasar dan sejenisnya. Pada puncak acara, umat biasanya juga melakukan mandi suci ke sungai-sungai suci.
     C. Dipavali
Hari suci ini biasanya di peringati pada Krsnapaksa ke 14 (pangelong ping 14) bulan kartika. Pada sistem kalender di Bali bertepatan dengan sasih kalima. Hari suci ini dilaksanakan untuk memperingati kembalinya Sri Rama ke Ayodhya. Sehingga umat menyambut beliau dengan menyalahkan Dipa, sejenis lilin-lilin kecil.
    D. Gayatri Japa
Hari suci ini untuk memperingati turunya Mantram Gayatri. Mantram ini adalah ibu daripada semua Mantram dalam Weda. Hari suci ini sangat dikramatkan umat Hindu. Hari suci ini jatuh pada Purnama Srawana, sekitar Juli-Agustus. Hari suci Ini bertepatan dengan purnama Karo (Bhadrapada) menurut sistem kelender umat Hindu di Bali.
    E.  Guru Purnima
Hari suci ini juga disebut Vyasa Jayanti, atau hari kelahiran Maharsi Vyasa. Hari suci ini jatuh padaPurnama Asadha, sekitar Juni-Juli. Menurut perhitungan kalender hindu dibali, ini bertepatan dengan purnama kasa (Srawana). Hari ini sangat penting bagi para Sannyasin. Pada hari ini, mereka akan berhenti mengembara. Mereka akan tinggal diasram-asram untuk mendiskusikan Brahmasutra dan bermeditasi.
Kesimpulan
Tempat suci mempunyai funsi yang amat penting bagi Umat Hindu funsi yang hampir meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat Hindu.
Sebagaimana disebutkan dalam sastra agama, maka fungsi tempat (Pura) itu adalah sebagai berikut:
a. Pura adalah temapt beribadat, tempat manusia mendekatkan dirinya kepada Hyang Widhi, tempat memohon dan bersujud kehadapan Tuhan yang Maha Pecipta. DiPuralah tempat manusia mempersatukan dirinya kepada Tuhannya.
b. Pura juga merupakan tempat memperlai mengikrarkan sumpahnya atas pesaksian Sang Hyang Widhi untuk memasuki hidup baru, mereka berjanji tetap setia sehidup semati bersama dalam suka maupun duka untuk membawa rumah tangga yang berbahagia sesuia dengan tuntunan agama    
c. Temapt untuk memuja roh-roh suci yang dipandang suci baik roh suci leluhur, roh para Rsi maupun raja-raja yang dianggap telah menjadi Dewa-dewi.


Sumber:
Warman I Nyoman Singgin dan Sutara I Gede. Hari Raya Hindu Bali-India. Surabaya: Paramita. 2003.
Oka Netra Anak Agung Gde. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Denpasar: Widya Dharma. 2009.
Suarka I Nyoman. Ketuhanan Bali; Kajian Analisis dan Era Baru Empu Kunturan. Surabaya: Paramita. 2005.
http://dimas-sigit.blogspot.com/2012/01/hari-hari-suci-agama-hindu-di-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar