Pendahuluan
Etika
Hindu tidak meminjam istilah dogmatic baik dan jahat atau surga dan
neraka.Etika Hindu ada karena kebutuhan untuk menyelaraskan keinginan individu,
emosi dan ambisinya untuk mengarahkannya pada sebuah kehidupan yang harmonis di
bumi.Dengan tujuan mutlak dari agama Hindu untuk menyadari keberadaan diri
sendiri.Kesadaran diri, menurut pandangan Hinduadalah kesadaran pada diri dan
pada tuhan.Sumber dan intisari dari keberadaan manusia dan kebebasannya.
Kitab
Hindu menyatakan bahwaindividu terdiri dari tujuh fisik (sarira), pikiran
(manas), intelek ( buddhi), dan diri (Athman). Didasarkan pada
empat bagian dari diri manusia, seorang individu itu membutuhkan hal-hal
keduniawian untuk dapat mempertahannkan tubuh fisik dan memuaskan kebutuhan
keluarga dan ketergantungan.Untuk memuaskan pikiran dan intelek, kebutuhan
untuk mememnuhi keinginannya dan pengejaran intelek atau penyhatuan dengan
tuhan, itu adalah tujuan utama hidup manusia.
Ketika memuaskan kebutuhan individual terhadap artha dan
Kama.Seseorang harus Reconcile semua tindakan yang dirancang untuk dapat
mencapai kebaikan individual dengan tindakan itu yang dimotivasi dengan
kebaikan sosial.Setiap individu harus memainkan perannya demi kebaikan
masyarakat, bangsa dan dunia. Oleh
karenanya kita perlu mengetahui bagaimana dalam ajaran Hindu Dharma tentang
etika atau moral atau prilaku kehidupan sebagai seorang agamawan hindu sejati. Nah,
makalah ini akan sedikit membahas tentang filsafat Tan Twan Asi, Chubakarma dan
Achubakarma.[1]
1. Pengertian Etika
Kata etika berasal bahasa Yunani ethos
yang mempunyai banyak arti seperti watak, perasaan, sikap dan prilaku.
Sementara itu bentuk jamak dari kata ethos adalah ta etha yang
berarti adat kebiasaan[2].
Pengertian etika lebih jauh diuraikan dalam KBBI edisi tahun 1988 (Bertens,
2004). Ini bermaksud membedakan tiga makna mengenai etika:
·
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak).
·
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak.
·
Nilai mengenai benar dan salah yang anut oleh
suatu golongan atau masyarakat.
Pada dasarnya etika merupakan rasa
cinta kasih, rasa kasih sayang, dimana seseorang yang menjalani dan
melaksanakan etika itu karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang
lain[3].
2. Filsafat Tat Twam Asi
Aspek Tatwa
atau filsafat agama merupakan inti ajaran Agama Hindu, Di dalam filsafat (Tattwa) diuraikan bahwa agama
Hindu membim bing manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh
sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikan sila dan budi pekerti yang
luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi tercapainya kebahagiaan
lahir dan batin. Kata Susila terdiri dari dua suku kata: "Su" dan
"Sila". "Su" berarti baik, indah, harmonis.
"Sila" berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku
manusia yang baik terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu
adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara
sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban
suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang[4].
Tat Twam Asi adalah ajaran
kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan perikemanusiaan dalam
Pancasila. Konsepsi sila perikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati
secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twam Asi yang terdapat
dalam kitab suci weda. Dengan demikian, dapat dikatakan mengerti dan memehami,
serta mengamalkan atau melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran
weda. Karena maksud yang terkandung didalam ajaran Tat Twam Asi “ia adalah
kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama” sehingga bila kita
menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.dan sebaliknya menyakiti orang lain
berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar
tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan.
Dalam hubungan ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya
sehari- hari diuraikan lagi secara lebih terperinci[5].
Sebagai pedoman guna membina
hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran
moralitas itu dengan sungguh-sungguh sebagai berikut :
1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran atau norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
2. Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.
3. Lebih mendahulukan mementingkan umum dari pada kepentingan pribadi.
1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran atau norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
2. Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.
3. Lebih mendahulukan mementingkan umum dari pada kepentingan pribadi.
3. Pengertian
Chubakarma (perbuatan baik) dan jenis-jenisnya
Cubhakarma berasal dari bahasa sanskerta yang berarti perbuatan
baik. I Ketut Subagiasta dalam bukunya Teologi,Filafat,
etika dan Ritual menjelaskan perbuatan baik adalah perbuatan yang harus
manusia junjung atau yang harus diutamakan walaupun kadang-kadang tidak
menggembirakan[6].Cubhakarma
terbagi menjadi 12 yaitu:
a.
Tri Kaya Parisudha
Tri kaya Parisudha artinya tiga
gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berfikir yang bersih dan
suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika).
Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan
yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri
yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam berdasarkan perkataan dan 3 macam
lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak
menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk
lain dan tidak mengingkari adanya hukum karmaphala. Sedangkan empat macam yang
berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar
kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan.
Selanjutnya tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah
tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap
harta benda dan tidak berjina.
b.
Catur Paramita
Catur Paramita berasala dari kata catur yang berarti empat dan Paramita
yang berarti perbuatan luhu[7]r.
Jadi, Catur Paramita adalah empat bentuk
budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa.Maitri artinya lemah
lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk kebahagiaan segala
makhluk. Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan
bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala
makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain. Upeksa artinya
sifat dan sikap suka menghargai orang lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan
susila yang membawa masunisa kearah kemuliaan.
c.
Panca Yama Bratha
Panca
Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan
perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama
Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak menyiksa dan
membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari artinya tidak
melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian
terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan
senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharita artinya melakukan usaha yang
selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya atau Astenya artinya tidak
mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain.
d.
Panca Nyama Bratha
Panca Nyama Bratha adalah lima
macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan
kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah
Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan
ajaran dan nasehat-nasehat guru, Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan
minum, dan Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan
mengamalkan ajaran-ajaran suci.
e.
Sad Paramita
Sad Paramita adalah enam jalan
keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini meliputi: Dana Paramita
artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materil maupun spiritual.Sila
Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik, suci dan luhu.Ksanti
Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab
penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang
tidak baik. Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh,
tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang
termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan
perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.Dhyana Paramita artinya niat
mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran.Juga
berarti pemusatan pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk
keselamatan. Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam
menimbang-nimbang suatu kebenaran.
f.
Catur Aiswarya
Catur
Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan
batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan
Aiswawarya. Dharma adalah segala perbuatan yang selalu didasari atas kebenaran;
Jnana artinya pengetahuan atau kebijaksanaan lahir batin yang berguna demi
kehidupan seluruh umat manusia. Wairagya artinya tidak ingin terhadap kemegahan
duniawi, misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila
hormat dan sebagainya; Aiswarya artinya kebahagiaan dan kesejahteraan yang
didapatkan dengan cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau
ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.
g.
Asta Siddhi
Asta Siddhi adalah delapan ajaran
kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai taraf hidup yang
sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi meliputi: Dana artinya senang
melakukan amal dan derma.Adnyana artinya rajin memperdalam ajaran kerohanian
(ketuhanan).Sabda artinya dapat mendengar wahyu karena intuisinya yang telah
mekar.Tarka artinya dapat merasakan kebahagiaan dan ketntraman dalam semadhi.Adyatmika
Dukha artinya dapat mengatasi segala macam gangguan pikiran yang tidak baik.Adidewika
Dukha artinya dapat mengatasi segala macam penyakit (kesusahan yang berasal
dari hal-hal yang gaib), seperti kesurupan, ayan, gila, dan sebagainya.Adi
Boktika artinya dapat mengatasi kesusahan yang berasal dari roh-roh halus,
racun dan orang-orang sakti.dan Saurdha adalah kemampuan yang setingkat dengan
yogiswara yang telah mencapai kelepasan.
h. Nawa Sanga
Nawa Sanga terdiri dari:
Sadhuniragraha artinya setia terhadap keluarga dan rumah tangga. Andrayuga artinya
mahir dalam ilmu dan dharma.Guna bhiksama artinya jujur terhadap harta majikan.
Widagahaprasana artinya mempunyai batin yang tenang dan sabar. Wirotasadarana artinya
berani bertindak berdasarkan hokum. Kratarajhita artinya mahir dalam ilmu
pemerintahan. Tiagaprassana artinya tidak pernah menolak perintah; Curalaksana
artinya bertindak cepat, tepat dan tangkas dan Curapratyayana artinya perwira
dalam perang.
i.
Dasa Yama Bratha
Dasa Yama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri,
yaitu Anresangsya atau Arimbhawa artinya tidak mementingkan diri sendiri. Ksama
artinya suka mengampuni dan dan tahan uji dalam kehidupan; Satya
artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang. Ahimsa artinya
tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.Dama artinya menasehati diri
sendiri.Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran.Priti artinya cinta
kasih sayang terhadap sesama mahluk; Prasada artinya berfikir dan berhati suci
dan tanpa pamerih.Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun dan
Mardhawa artinya rendah hati, tidak sombong dan berfikir halus.
j.
Dasa Nyama Bratha
Dasa Nyama Bratha terdiri dari:
Dhana artinya suka berderma, beramal saleh tanpa pamerih. Ijya artinya pemujaan
dan sujud kehadapan Hyang Widhi dan leluhur. Tapa artinya melatih diri untuk
daya tahan dari emosi yang buruk agar dapat mencapai ketenangan batin. Dhyana
artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Hyang Widhi; Upasthanigraha artinya
mengendalikan hawa nafsu birahi (seksual).Swadhyaya artinya tekun mempelajari
ajaran-ajaran suci khususnya, juga pengetahuan umum. Bratha artinya taat akan
sumpah atau janji.Upawasa artinya berpuasa atau berpantang trhadap sesuatu
makanan atau minuman yang dilarang oleh agama. Mona artinya membatasi
perkataan; dan Sanana artinya tekun melakukan penyician diri pada tiap-tiap
hari dengan cara mandi dan sembahyang.
k. Dasa Dharma
Yang disebut Dasa Dharma menurut
Wreti Sasana, yaitu Sauca artinya murni rohani dan jasmani. Indriyanigraha
artinya mengekang indriya atau nafsu.Hrih artinya tahu dengan rasa malu.Widya
artinya bersifat bijaksana.Satya artinya jujur dan setia terhadap kebenaran.Akrodha
artinya sabar atau mengekang kemarahan.Drti artinya murni dalam bathin.Ksama
artinya suka mengampun.Dama artinya kuat mengendalikan pikiran dan Asteya
artinya tidak melakukan kecurangan.
l.
Dasa Paramartha
Dasa Paramartha ialah sepuluh
macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun dalam tingkah laku yang
baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Paramartha
ini terdiri dari: Tapa artinya pengendalian diri lahir dan bathin.Bratha
artinya mengekang hawa nafsu.Samadhi artinya konsentrasi pikiran kepada Tuhan.Santa
artinya selalu senang dan jujur.Sanmata artinya tetap bercita-cita dan
bertujuan terhadap kebaikan. Karuna artinya kasih sayang terhadap sesama
makhluk hidup.Karuni artinya belas kasihan terhadap tumbuh-tumbuhan, barang dan
sebagainya.Upeksa artinya dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk;
Mudhita artinya selalu berusaha untuk dapat menyenangkan hati oranglain.dan
Maitri artinya suka mencari persahabatan atas dasar saling hormat menghormati[8].
4. Pengertian Acubhakarma
(perbuatan tidak baik) beserta jenis-jenisnya
Acubhakarma adlah segala tingkah laku yang tidak baik yang
selalu menyimpang dengan Cubhakarma (perbuatan baik).Acubhakarma (perbuatan
tidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk
perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu
cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong
acubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup
ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa
dan hidup menderita.menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma yang harus
dihindari di dalam hidup ini adalah:
a. Tri Mala
Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor,
yaitu Kasmala ialah perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan,
pembicaraan yang dusta dan kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang
dan angkuh.
b. Catur Pataka
Catur Pataka
adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi sumbernya
yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha (menggugurkan
bayi dalam kandungan), Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora (mencuri
perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan
Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya), Upa Pataka terdiri
dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh
anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok), Maha Pataka terdiri dari
Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk),
Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha
(membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara
perempuan), Matrabhajana (memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat
suci).
c. Panca Bahya Tusti
Adalah lima
kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu
Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk
dan dosa yang ditempuhnya, Raksasa artinya melindungi harta dengan jalan segala
macam upaya, Ksaya artinya takut akan berkurangnya harta benda dan
kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir, Sangga artinya doyan
mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil, dan Hingsa artinya doyan
membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.
d. Panca Wiparyaya
Adalah lima
macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga
akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu
mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah, Moha artinya selalu
mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah, Maha Moha
artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang
tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin
mendapatkan kesenangan akhirat, dan Anda Tamisra artinya sangat berduka dengan
sesuatu yang telah hilang.
e. Sad Ripu
Sad Ripu
adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu
Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan serakah,
Krodha artinya sifat kejam dan pemarah, Mada adalah sifat mabuk dan
kegila-gilaan, Moha adalah sifat bingung dan angkuh dan Matsarya adalah sifat
dengki dan irihati.
f. Sad Atatayi
Adalah enam
macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik orang lain; Wisada
artinya meracun orang lain, Atharwa artinya melakukan ilmu hitam; Sastraghna
artinya mengamuk (merampok), Dratikrama artinya memperkosa kehormatan orang
lain, Rajapisuna adalah suka memfitnah.
g. Sapta Timira
Sapta Timira
adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu: Surupa artinya gelap atau
mabuk karena ketampanan, Dhana artinya gelap atau mabuk karena kekayaan, Guna
artinya gelap atau mabuk karena kepandaian, Kulina artinya gelap atau mabuk
karena keturunan, Yowana artinya gelap atau mabuk karena keremajaan, Kasuran
artinya gelap atau mabuk karena kemenangan, dan Sura artinya mabuk karena
minuman keras.
h. Dasa Mala
Artinya adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini
terdiri dari Tandri adalah orang sakit-sakitan, Kleda adalah orang yang
berputus asa, Leja adalah orang yang tamak dan lekat cinta, Kuhaka adalah orang
yang pemarah, congkak dan sombong; Metraya adalah orang yang pandai
berolok-olok supaya dapat mempengaruhi teman (seseorang), Megata adalah orang
yang bersifat lain di mulut dan lain di hati, Ragastri adalah orang yang
bermata keranjang, Kutila adalah orang penipu dan plintat-plintut; Bhaksa
Bhuwana adalah orang yang suka menyiksa dan menyakiti sesama makhluk dan
Kimburu adalah orang pendengki dan iri hati.
Penutup
Etika Berasal dari bahsa Yunani
“ethos” yang memiliki makna watak,perasaan, sikap, prilaku karakter dll. Istilah
etika dipakai untuk menunjukan Filsafat Moral.
Dalam ajaran Hindu
mengenai etika (sila), etika itu merupakan salah satu dari kerangkan
dasar Weda, yaitu tattwa, susila, dan upacara. Perbuatan meliputi
Trikaya Parisudha ada tiga yang
harus dikendalikan yakni pikiran, ucapan, perbuatan. Tri Varga tiga
perincian dasar tentang tujuan menjelma sebagai manusia ke dunia ini.Tat Wam
Asi dasar utama untuk mewujudkan
masyarakat damai. Karma Patha pelaksanaan tingkah laku yang baik,
perkataan yang baik, dan pikiran yang baik.
Adapun dalam
Hindu diatur etika khusus untuk Rohaniawan, siswa, pegawai, petani dan
pedagang, dan hubungan dalam rumah tangga.
Daftar
Pustaka
Referensi Buku-buku:
Sahardana,Drs.K.M.
Pengantar Etika dan Moralitas Hindu.Surabaya: Paramita.2006
Siwanada,Sri
Swami..Intisari
Ajaran Hindu.Surabaya:
PARAMITA.2003
Subagiasta,I Ketut.Teologi,Filsafat,Etika dan Ritual
dalam Kesusastraan Hindu.Surabaya:Paramita.2006
Pandit,Bansi.Pemikiran Hindu, Pokok-pokok Agama Hindu dan
Filsafatnya.Surabaya:Paramita.2005
Pudja, Gede. Agama Hindu. Jakarta: Mayasari, 1984.
Referensi website:
[1] Bansi,
Pandit. Pemikiran Hindu, Pokok-pokok Agama Hindu dan Filsafatnya.(Surabaya:Paramita,2005)
[2] Drs.K.M.Suhardana.Pengantar
Etika dan Moralitas Hindu.(Surabaya:Paramita)
[3] Gede Pudja, Agama Hindu (Jakarta: Mayasari, 1984)
[6] I Ketut
Subagiasta.Teologi,Filsafat,Etika dan Moralitas dalam Susatraan Hindu.(
Surabaya:Paramita). H.77
[7] Drs.K.M.Suhardana.Pengantar
Etika dan Moralitas Hindu. H.48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar