Selasa, 16 Juni 2015

Ajaran Hindu dharma tentang etika

Pendahuluan
Etika Hindu tidak meminjam istilah dogmatic baik dan jahat atau surga dan neraka.Etika Hindu ada karena kebutuhan untuk menyelaraskan keinginan individu, emosi dan ambisinya untuk mengarahkannya pada sebuah kehidupan yang harmonis di bumi.Dengan tujuan mutlak dari agama Hindu untuk menyadari keberadaan diri sendiri.Kesadaran diri, menurut pandangan Hinduadalah kesadaran pada diri dan pada tuhan.Sumber dan intisari dari keberadaan manusia dan kebebasannya.
Kitab Hindu menyatakan bahwaindividu terdiri dari tujuh fisik (sarira), pikiran (manas), intelek ( buddhi),  dan diri (Athman). Didasarkan pada empat bagian dari diri manusia, seorang individu itu membutuhkan hal-hal keduniawian untuk dapat mempertahannkan tubuh fisik dan memuaskan kebutuhan keluarga dan ketergantungan.Untuk memuaskan pikiran dan intelek, kebutuhan untuk mememnuhi keinginannya dan pengejaran intelek atau penyhatuan dengan tuhan, itu adalah tujuan utama hidup manusia.
Ketika memuaskan kebutuhan individual terhadap artha dan Kama.Seseorang harus Reconcile semua tindakan yang dirancang untuk dapat mencapai kebaikan individual dengan tindakan itu yang dimotivasi dengan kebaikan sosial.Setiap individu harus memainkan perannya demi kebaikan masyarakat, bangsa dan dunia.  Oleh karenanya kita perlu mengetahui bagaimana dalam ajaran Hindu Dharma tentang etika atau moral atau prilaku kehidupan sebagai seorang agamawan hindu sejati. Nah, makalah ini akan sedikit membahas tentang filsafat Tan Twan Asi, Chubakarma dan Achubakarma.[1]
1.      Pengertian Etika
Kata etika berasal bahasa Yunani ethos yang mempunyai banyak arti seperti watak, perasaan, sikap dan prilaku. Sementara itu bentuk jamak dari kata ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan[2]. Pengertian etika lebih jauh diuraikan dalam KBBI edisi tahun 1988 (Bertens, 2004). Ini bermaksud membedakan tiga makna mengenai etika:
·         Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak).
·         Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
·         Nilai mengenai benar dan salah yang anut oleh suatu golongan atau masyarakat.
                     Pada dasarnya etika merupakan rasa cinta kasih, rasa kasih sayang, dimana seseorang yang menjalani dan melaksanakan etika itu karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang lain[3].
2.      Filsafat Tat Twam Asi
Aspek Tatwa atau filsafat agama merupakan inti ajaran Agama Hindu, Di dalam filsafat (Tattwa) diuraikan bahwa agama Hindu membim bing manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikan sila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi tercapainya kebahagiaan lahir dan batin. Kata Susila terdiri dari dua suku kata: "Su" dan "Sila". "Su" berarti baik, indah, harmonis. "Sila" berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang[4].
Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan perikemanusiaan dalam Pancasila. Konsepsi sila perikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twam Asi yang terdapat dalam kitab suci weda. Dengan demikian, dapat dikatakan mengerti dan memehami, serta mengamalkan atau melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran weda. Karena maksud yang terkandung didalam ajaran Tat Twam Asi “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama” sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan. Dalam hubungan ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari- hari diuraikan lagi secara lebih terperinci[5].
Sebagai pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh sebagai berikut :
1.
Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran atau norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
2. Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.
3. Lebih mendahulukan mementingkan umum dari pada kepentingan pribadi.

3.      Pengertian Chubakarma (perbuatan baik) dan jenis-jenisnya
Cubhakarma berasal dari bahasa sanskerta yang berarti perbuatan baik. I Ketut Subagiasta dalam bukunya Teologi,Filafat, etika dan Ritual menjelaskan perbuatan baik adalah perbuatan yang harus manusia junjung atau yang harus diutamakan walaupun kadang-kadang tidak menggembirakan[6].Cubhakarma terbagi menjadi 12 yaitu:
a. Tri Kaya Parisudha
Tri kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berfikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya hukum karmaphala. Sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berjina.
b. Catur Paramita
Catur Paramita berasala dari kata catur yang berarti empat dan Paramita yang berarti perbuatan luhu[7]r. Jadi, Catur Paramita  adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa.Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah kemuliaan.
c. Panca Yama Bratha
Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak menyiksa dan membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharita artinya melakukan usaha yang selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya atau Astenya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain.
d. Panca Nyama Bratha
Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru, Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan minum, dan Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
e. Sad Paramita
Sad Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini meliputi: Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materil maupun spiritual.Sila Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik, suci dan luhu.Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik. Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran.Dhyana Paramita artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran.Juga berarti pemusatan pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan.  Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.
f. Catur Aiswarya
Catur Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan Aiswawarya. Dharma adalah segala perbuatan yang selalu didasari atas kebenaran; Jnana artinya pengetahuan atau kebijaksanaan lahir batin yang berguna demi kehidupan seluruh umat manusia. Wairagya artinya tidak ingin terhadap kemegahan duniawi, misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila hormat dan sebagainya; Aiswarya artinya kebahagiaan dan kesejahteraan yang didapatkan dengan cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.
g. Asta Siddhi
Asta Siddhi adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai taraf hidup yang sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi meliputi: Dana artinya senang melakukan amal dan derma.Adnyana artinya rajin memperdalam ajaran kerohanian (ketuhanan).Sabda artinya dapat mendengar wahyu karena intuisinya yang telah mekar.Tarka artinya dapat merasakan kebahagiaan dan ketntraman dalam semadhi.Adyatmika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam gangguan pikiran yang tidak baik.Adidewika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam penyakit (kesusahan yang berasal dari hal-hal yang gaib), seperti kesurupan, ayan, gila, dan sebagainya.Adi Boktika artinya dapat mengatasi kesusahan yang berasal dari roh-roh halus, racun dan orang-orang sakti.dan Saurdha adalah kemampuan yang setingkat dengan yogiswara yang telah mencapai kelepasan.


h. Nawa Sanga
Nawa Sanga terdiri dari: Sadhuniragraha artinya setia terhadap keluarga dan rumah tangga. Andrayuga artinya mahir dalam ilmu dan dharma.Guna bhiksama artinya jujur terhadap harta majikan. Widagahaprasana artinya mempunyai batin yang tenang dan sabar. Wirotasadarana artinya berani bertindak berdasarkan hokum. Kratarajhita artinya mahir dalam ilmu pemerintahan. Tiagaprassana artinya tidak pernah menolak perintah; Curalaksana artinya bertindak cepat, tepat dan tangkas dan Curapratyayana artinya perwira dalam perang.
i. Dasa Yama Bratha
Dasa Yama Bratha  adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu Anresangsya atau Arimbhawa artinya tidak mementingkan diri sendiri. Ksama artinya suka mengampuni dan  dan tahan uji dalam kehidupan;  Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang. Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain.Dama artinya menasehati diri sendiri.Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran.Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk; Prasada artinya berfikir dan berhati suci dan tanpa pamerih.Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun dan Mardhawa artinya rendah hati, tidak sombong dan berfikir halus.


j. Dasa Nyama Bratha
Dasa Nyama Bratha terdiri dari: Dhana artinya suka berderma, beramal saleh tanpa pamerih. Ijya artinya pemujaan dan sujud kehadapan Hyang Widhi dan leluhur. Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi yang buruk agar dapat mencapai ketenangan batin. Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Hyang Widhi; Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu birahi (seksual).Swadhyaya artinya tekun mempelajari ajaran-ajaran suci khususnya, juga pengetahuan umum. Bratha artinya taat akan sumpah atau janji.Upawasa artinya berpuasa atau berpantang trhadap sesuatu makanan atau minuman yang dilarang oleh agama. Mona artinya membatasi perkataan; dan Sanana artinya tekun melakukan penyician diri pada tiap-tiap hari dengan cara mandi dan sembahyang.
k. Dasa Dharma
Yang disebut Dasa Dharma menurut Wreti Sasana, yaitu Sauca artinya murni rohani dan jasmani. Indriyanigraha artinya mengekang indriya atau nafsu.Hrih artinya tahu dengan rasa malu.Widya artinya bersifat bijaksana.Satya artinya jujur dan setia terhadap kebenaran.Akrodha artinya sabar atau mengekang kemarahan.Drti artinya murni dalam bathin.Ksama artinya suka mengampun.Dama artinya kuat mengendalikan pikiran dan Asteya artinya tidak melakukan kecurangan.


l. Dasa Paramartha
Dasa Paramartha ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun dalam tingkah laku yang baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Paramartha ini terdiri dari: Tapa artinya pengendalian diri lahir dan bathin.Bratha artinya mengekang hawa nafsu.Samadhi artinya konsentrasi pikiran kepada Tuhan.Santa artinya selalu senang dan jujur.Sanmata artinya tetap bercita-cita dan bertujuan terhadap kebaikan. Karuna artinya kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.Karuni artinya belas kasihan terhadap tumbuh-tumbuhan, barang dan sebagainya.Upeksa artinya dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk; Mudhita artinya selalu berusaha untuk dapat menyenangkan hati oranglain.dan Maitri artinya suka mencari persahabatan atas dasar saling hormat menghormati[8].
4. Pengertian Acubhakarma (perbuatan tidak baik) beserta jenis-jenisnya
Acubhakarma adlah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang dengan Cubhakarma (perbuatan baik).Acubhakarma (perbuatan tidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma yang harus dihindari di dalam hidup ini adalah:
a. Tri Mala
Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala ialah perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh.
b. Catur Pataka
Catur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan), Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya), Upa Pataka terdiri dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok), Maha Pataka terdiri dari Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk), Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha (membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan), Matrabhajana (memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat suci).
c. Panca Bahya Tusti
Adalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk dan dosa yang ditempuhnya, Raksasa artinya melindungi harta dengan jalan segala macam upaya, Ksaya artinya takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir, Sangga artinya doyan mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil, dan Hingsa artinya doyan membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.
d. Panca Wiparyaya
Adalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah, Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah, Maha Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin mendapatkan kesenangan akhirat, dan Anda Tamisra artinya sangat berduka dengan sesuatu yang telah hilang.


e. Sad Ripu
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan serakah, Krodha artinya sifat kejam dan pemarah, Mada adalah sifat mabuk dan kegila-gilaan, Moha adalah sifat bingung dan angkuh dan Matsarya adalah sifat dengki dan irihati.
f. Sad Atatayi
Adalah enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik orang lain; Wisada artinya meracun orang lain, Atharwa artinya melakukan ilmu hitam; Sastraghna artinya mengamuk (merampok), Dratikrama artinya memperkosa kehormatan orang lain, Rajapisuna adalah suka memfitnah.
g. Sapta Timira
Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu:  Surupa artinya gelap atau mabuk karena ketampanan, Dhana artinya gelap atau mabuk karena kekayaan, Guna artinya gelap atau mabuk karena kepandaian, Kulina artinya gelap atau mabuk karena keturunan, Yowana artinya gelap atau mabuk karena keremajaan, Kasuran artinya gelap atau mabuk karena kemenangan, dan Sura artinya mabuk karena minuman keras.
h. Dasa Mala
Artinya adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari Tandri adalah orang sakit-sakitan, Kleda adalah orang yang berputus asa, Leja adalah orang yang tamak dan lekat cinta, Kuhaka adalah orang yang pemarah, congkak dan sombong; Metraya adalah orang yang pandai berolok-olok supaya dapat mempengaruhi teman (seseorang), Megata adalah orang yang bersifat lain di mulut dan lain di hati, Ragastri adalah orang yang bermata keranjang, Kutila adalah orang penipu dan plintat-plintut; Bhaksa Bhuwana adalah orang yang suka menyiksa dan menyakiti sesama makhluk dan Kimburu adalah orang pendengki dan iri hati.











Penutup
Etika Berasal dari bahsa Yunani “ethos” yang memiliki makna watak,perasaan, sikap, prilaku karakter dll. Istilah etika dipakai untuk menunjukan Filsafat Moral.
                        Dalam ajaran Hindu mengenai etika (sila), etika itu merupakan salah satu dari kerangkan dasar Weda, yaitu tattwa, susila, dan upacara. Perbuatan meliputi Trikaya Parisudha  ada tiga yang harus dikendalikan yakni pikiran, ucapan, perbuatan. Tri Varga tiga perincian dasar tentang tujuan menjelma sebagai manusia ke dunia ini.Tat Wam Asi  dasar utama untuk mewujudkan masyarakat damai. Karma Patha pelaksanaan tingkah laku yang baik, perkataan yang baik, dan pikiran yang baik.
                                    Adapun dalam Hindu diatur etika khusus untuk Rohaniawan, siswa, pegawai, petani dan pedagang, dan hubungan dalam rumah tangga.



Daftar Pustaka
Referensi Buku-buku:
Sahardana,Drs.K.M. Pengantar Etika dan Moralitas Hindu.Surabaya: Paramita.2006
Siwanada,Sri Swami..Intisari Ajaran Hindu.Surabaya: PARAMITA.2003
Subagiasta,I Ketut.Teologi,Filsafat,Etika dan Ritual dalam Kesusastraan Hindu.Surabaya:Paramita.2006
Pandit,Bansi.Pemikiran Hindu, Pokok-pokok Agama Hindu dan Filsafatnya.Surabaya:Paramita.2005
Pudja, Gede. Agama Hindu. Jakarta: Mayasari, 1984.
Referensi website:
http://www.wartahindu.com/2014/11/susila-etika.html. Diakses pada hari sabtu, tanggal  18 April 2015







[1] Bansi, Pandit. Pemikiran Hindu, Pokok-pokok Agama Hindu dan Filsafatnya.(Surabaya:Paramita,2005)
[2]  Drs.K.M.Suhardana.Pengantar Etika dan Moralitas Hindu.(Surabaya:Paramita)
[3]  Gede Pudja,  Agama Hindu (Jakarta: Mayasari, 1984)
[4] Drs.K.M.Sahardana.Pengantar Etika dan Moralitas Hindu.(Surabaya: Paramita). H.20
[5]http://www.wartahindu.com/2014/11/susila-etika.html
[6]  I Ketut Subagiasta.Teologi,Filsafat,Etika dan Moralitas dalam Susatraan Hindu.( Surabaya:Paramita). H.77
[7]  Drs.K.M.Suhardana.Pengantar Etika dan Moralitas Hindu. H.48
[8]Sri SwamiSiwanada .Intisari Ajaran Hindu.2003.Surabaya: Paramita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar