CATUR MARGA
Catur
marga yoga berasal dari tiga kata yaitu catur artinya empat, marga artinya
jalan dan yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal dari kata “Yuj”
yang artinya berhubungan. Jadi Catur
Marga ialah empat jalan atau cara mengamalkan agama Hindu (Veda)
dalam kehidupan dan dalam bermasyarakat.
Oleh karena keadaan dan kemampuan lahir-batin umat Hindu tidak semua sama maka
Veda mengajarkan Catur Marga (empat jalan) agar semua umat dapat beragama
sesuai kemampuannya.
Pembagian catur marga:
1. Bhakti
Marga : Mengamalkan agama dengan melaksanakan
bhakti/sembahyang, cinta kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan, baik sesama
manusia maupun dengan makhluk lain yang lebih rendah dari manusia yang disertai
sarana bhakti. Jadi apabila orang telah bersembahyang dan hidup kasih sayang
terhadap sesama makhluk itu berarti telah mengamalkan ajaran Veda melalui jalan
bhakti
2. Karma
Marga Yoga
Kata
karma artinya perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah suatu proses
mempersatukan atman dengan Brahman melalui kerja atau perbuatan tanpa ikatan,
tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan pengorbanan.
Dalam
Bhagavadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah.Artinya ;Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah.Artinya ;Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
Seorang
yang melaksanakan ajaran Karma Marga Yoga disebut dengan sebutan karmin adalah
orang yang selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan
seperti dalam agama hindu ada slogan mengatakan“rame ing gawe sepi ing pamrih”
yang artinya berbuat baik tanpa pernah berpikir mengharapkan suatu balasan.
Dalam
ajaran Karma Marga Yoga, berdasarkan ikatan karma yang terdiri dari dua bagian
yaitu Karma Nirwitta dan Karma Prawritha. Karma Nirwitta adalah perbuatan yang
bebas dari harapan atau hasil. Sedangkan Karma Prawritha adalah perbuatan/karma
yang masih terikat oleh hasil atau imbalan. Seorang karmin melaksanakan
perbuatan yang tulus ikhlas akan menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya
akan berlangsung dengan tenang dan bahagia serta mencapai kesucian lahir
bhatin.
3. Kata
jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Jadi Jnana Marga Yoga
adalah suatu proses penyatuan atman dengan Brahman melalui ilmu pengetahuan
suci dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Seorang yang
melaksanakan ajaran Jnana Marga Yoga disebut dengan sebutan jnanin adalah orang
yang memiliki ilmu pengetahuan suci untuk mencapai kebenaran yang sempurna.
Dengan ilmu pengetahuan suci orang akan sanggup melepaskan diri dari ikatan
karma.
4.
Raja Marga : Mengamalkan agama
dengan melakukan Yoga, bersemadi, tapa atau melakukan Brata (pengendalian diri)
dalam segala hal termasuk upawasa (puasa) dan pengendalian seluruh indria.
Keempat jalan (marga) itu dapat dilakukan
diberbagai tempat dan waktu sesuai kemampuan seseorang dan keempatnya tidak
dapat dipisahkan karena dalam prakteknya saling berkaitan. Misalnya sembahyang
, keempat cara (marga) itu dapat diamalkan sekaligus yaitu :
1) rasa
hormat atau berserah merupakan wujud bhakti marga.
2) Menyiapkan
sarana kebhaktian merupakan wujud karma marga.
3) Pemahaman
tentang sembahyang merupakan wujud jnana marga.
4) Duduk
tegak-tenang-konsentrasi merupakan wjud raja marga.
Jika direnungkan dan diperhatikan maka
sesungguhnya pengamalan agama Hindu sangat mudah, praktis dan lues. Keluesan
itu disebabkan karena agama Hindu dapat dilaksanakan :
1) Dengan
mempraktekan Catur Marga
2) Oleh
seluruh umat tanpa terkecuali
3) Disegala
tempat, waktu dan keadaan
4) Tidak
harus dengan materi
5) Sesuai
dengan kemampuan umat
6) Sesuai
dengan adat istiadat karena Hindu menjiwai adat istiadat.
Demikian agama Hindu dapat diamalkan selama 24 jam
setiap hari dengan cara serta bentuk pengamalan yang beraneka ragam.
Untuk itu umat Hindu tidak patut memaksakan bentuk pengamalan agama agar
seragam dari segi materi maupun bentuk material lainnya, apalagi keseragaman
jumlah uang. Namun yang harus sama dan seragam ialah prinsip dasar ajaran
agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar