Selasa, 16 Juni 2015

Ajaran Hindu tentang Catur Marga


CATUR MARGA
Catur marga yoga berasal dari tiga kata yaitu catur artinya empat, marga artinya jalan dan yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal dari kata “Yuj” yang artinya berhubungan. Jadi  Catur Marga ialah empat jalan atau cara mengamalkan agama Hindu (Veda) dalam kehidupan dan dalam bermasyarakat. Oleh karena keadaan dan kemampuan lahir-batin umat Hindu tidak semua sama maka Veda mengajarkan Catur Marga (empat jalan) agar semua umat dapat beragama sesuai kemampuannya.
Pembagian catur marga:
1. Bhakti Marga : Mengamalkan agama dengan melaksanakan bhakti/sembahyang, cinta kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan, baik sesama manusia maupun dengan makhluk lain yang lebih rendah dari manusia yang disertai sarana bhakti. Jadi apabila orang telah bersembahyang dan hidup kasih sayang terhadap sesama makhluk itu berarti telah mengamalkan ajaran Veda melalui jalan bhakti
2.     Karma Marga Yoga
Kata karma artinya perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah suatu proses mempersatukan atman dengan Brahman melalui kerja atau perbuatan tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan pengorbanan.
Dalam Bhagavadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah.Artinya ;Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
Seorang yang melaksanakan ajaran Karma Marga Yoga disebut dengan sebutan karmin adalah orang yang selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan seperti dalam agama hindu ada slogan mengatakan“rame ing gawe sepi ing pamrih” yang artinya berbuat baik tanpa pernah berpikir mengharapkan suatu balasan.
Dalam ajaran Karma Marga Yoga, berdasarkan ikatan karma yang terdiri dari dua bagian yaitu Karma Nirwitta dan Karma Prawritha. Karma Nirwitta adalah perbuatan yang bebas dari harapan atau hasil. Sedangkan Karma Prawritha adalah perbuatan/karma yang masih terikat oleh hasil atau imbalan. Seorang karmin melaksanakan perbuatan yang tulus ikhlas akan menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan bahagia serta mencapai kesucian lahir bhatin.
3.     Kata jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Jadi Jnana Marga Yoga adalah suatu proses penyatuan atman dengan Brahman melalui ilmu pengetahuan suci dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Seorang yang melaksanakan ajaran Jnana Marga Yoga disebut dengan sebutan jnanin adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan suci untuk mencapai kebenaran yang sempurna. Dengan ilmu pengetahuan suci orang akan sanggup melepaskan diri dari ikatan karma.
4.     Raja Marga : Mengamalkan agama dengan melakukan Yoga, bersemadi, tapa atau melakukan Brata (pengendalian diri) dalam segala hal termasuk upawasa (puasa) dan pengendalian seluruh indria.
                    Keempat jalan (marga) itu dapat dilakukan diberbagai tempat dan waktu sesuai kemampuan seseorang dan keempatnya tidak dapat dipisahkan karena dalam prakteknya saling berkaitan. Misalnya sembahyang , keempat cara (marga) itu dapat diamalkan sekaligus yaitu :
1)    rasa hormat atau berserah merupakan wujud bhakti marga.
2)    Menyiapkan sarana kebhaktian merupakan wujud karma marga.
3)    Pemahaman tentang sembahyang merupakan wujud jnana marga. 
4)    Duduk tegak-tenang-konsentrasi merupakan wjud raja marga.
Jika direnungkan dan diperhatikan maka sesungguhnya pengamalan agama Hindu sangat mudah, praktis dan lues. Keluesan itu disebabkan karena agama Hindu dapat dilaksanakan :
1)    Dengan mempraktekan Catur Marga
2)    Oleh seluruh umat tanpa terkecuali
3)    Disegala tempat, waktu dan keadaan
4)    Tidak harus dengan materi
5)    Sesuai dengan kemampuan umat
6)    Sesuai dengan adat istiadat karena Hindu menjiwai adat istiadat.
                   Demikian agama Hindu dapat diamalkan selama 24 jam setiap hari dengan cara serta bentuk pengamalan  yang beraneka ragam. Untuk itu umat Hindu tidak patut memaksakan bentuk pengamalan agama agar seragam dari segi materi maupun bentuk material lainnya, apalagi keseragaman jumlah uang. Namun yang harus sama dan seragam ialah prinsip dasar ajaran agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar