Perkembangan pengaruh Hindu Buddha dari India
membawa kemajuan pesat dalam bidang karya sastra. Karya sastra terkenal yang
mereka bawa, antara lain kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab ini
memacu para pujangga di Indonesia untuk menghasilkan karya-karya sastra.
Isi kitab bukan merupakan kalimat langsung,
melainkan rangkaian puisi yang indah dalam sejumlah bait (pupuh). Ungkapan
dalam bentuk puisi itu biasa disebut kakawin. Sedangkan tema kitab dapat berupa
gubahan atau karya baru yang disesuaikan dengan tradisi dan budaya masyarakat.
Karya sastra merupakan catatan, kisah atau laporan tentang suatu peristiwa
penting, bisa mitologi atau sejarah.
Kitab ini dikarang oleh Walmiki di sekitar permulaan tarikh Masehi. Isinya tentang peperangan antara Rahmana dengan Rama. Kitab Ramayana dibagi dalam 7 kanda atau bagian , yakni :
(1)Balakanda,
(2) Ayodyakanda,
(3) Aranyakanda,
(4) Kiskendakanda,
(5) Sundarkanda,
(6)Yudhakanda
(7)Utarakanda.
a. Zaman Kahuripan
Karya sastra yang terkenal dari Zaman Kahuripan adalah Kitab Mahabharata. dan Arjuna Wiwaha. Mahabharata berasal dari puisi kepahlawanan (epos) India. Sekitar tahun 1000 Raja Dharmawangsa menyuruh membuat ikhtisar dalam prosa Jawa Kuno. Kitab Mahabharata terdiri atas 18 bagian yang disebut parwa. Isi pokoknya mengenai pertempuran selama 18 hari antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa. Oleh karena itu, nama lengkap dari kitab ini adalah Mahabharatayudha, yang artinya perang besar keluarga Bharata (Pandawa berjumlah 5 dan Kurawa 100 jumlahnya).
Kitab Mahabarata terdiri atas 18 parwa atau
bagian, yakni:
1) Adiparwa
Isinya tentang asal-usul kehidupan Pandawa dan
Kurawa pada waktu mereka masih kanak-kanak.
2) Sabhaparwa
Isinya menceritakan tentang bagaimana para Kurawa
dengan tipu muslihatnya berusaha membinasakan Pandawa. Kurawa mengundang
Pandawa untuk bermain judi. Dalam permainan itu Yudhistira (Pandawa yang
tertua) kalah, maka sebagai tebusannya Pandawa terpaksa pergi ke hutan untuk
menjalani masa pembuangan selama 13 tahun.
3) Wanaparwa
Isinya menceritakan tentang kehidupan para
Pandawa selama mengembara di hutan 13 tahun. Bhagawan Wiyasa menasihati agar
Arjuna pergi bertapa di gunung Himalaya untuk memohon anugerah senjata dari
dewa. Tujuannya kelak kalau telah tiba saatnya mereka harus berperang melawan
Kurawa.
4) Wirataparwa
Isinya tentang keadaan Pandawa pada tahun ke-13
dari masa pembuangannya. Pada waktu mereka keluar dari hutan, kebetulan mereka
sampai di kerajaan Wirata. Di kerajaan itu mereka diterima sebagai pekerja di
istana. Yudhistira menyamar sebagai ahli main dadu, Bima sebagai juru masak,
Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai tukang kuda, Sadewa sebagai gembala
dan Drupati menjadi perias.
5) Udyogaparwa
Isinya menceritakan bahwa pada tahun ke-14
Pandawa kembali ke istana mereka di Indraprastha. Kemudian diadakan perundingan
mengenai kedudukan Pandawa. Dalam perundingan Pandawa diwakili Kresna. Akan
tetapi perundingan itu gagal, sebab Kurawa tidak bersedia memberikan separoh dari
kerajaan mereka kepada Pandawa.
6) Bismaparwa
Isinya merupakan persiapan perang antara Kurawa
dan Pandawa. Peraturan perang ditentukan, yang menjadi panglima perang Kurawa
ialah Bisma, sedangkan pihak Pandawa dipimpin oleh Dharsadiyumna kakak Drupati.
Dalam pertempuran Bisma gugur. Sebelum meninggal, Bisma memberikan nasihat,
agar mereka mengakhiri peperangan dengan mengadakan perundingan.
7) Dornaparwa
Isinya setelah Bisma gugur, maka Dronalah yang
menggantikan kedudukan Bisma sebagai pemimpin tentara Kurawa. Ia mengamuk di
medan pertempuran. Ia dihalang-halangi oleh Gatutkaca, tetapi gagal sebab
Gatutkaca terbunuh oleh Karna Abimanyu, putra Arjuna yang juga gugur oleh
Dursasana. Drona dihadapi oleh Dharsadiyumna, dalam pertempuran hari ke-15
Drona tewas.
8) Karnaparwa
Isinya menceritakan, setelah kematian Gatutkaca
dan Abimanyu menyebabkan Arjuna dan Bima mengamuk. Dursasana berhasil dibunuh
oleh Bima, darahnya diminum. Arjuna berhasil membunuh Karna pada hari ke-17.
9) Salyaparwa
Isinya pada hari yang ke-18 tinggal Salya yang
masih hidup didampingi raja Duryudana. Pada pertempuran hari ke -18, Salya
menjadi pemimpin (senopati), tetapi ia tewas, dan tinggal Duryudana seorang
diri. Semua saudaranya yang berjumlah 99 orang tewas. Ia bertempur melawan Bima,
Duryudana kalah dan gugur. Tinggal Aswathama sendiri yang masih hidup. Ia
diserahi memimpin tentara Kurawa.
10) Sauptikaparwa
Bagian ini menceritakan tindakan pengecut dari
Aswathama yang menyelundup ke perkemahan para Pandawa pada malam hari setalah pertempuran
hari ke-18 selesai. Ia berhasil membunuh banyak orang, di antaranya
Dharsadiyumna yang menewaskan ayahnya. Aswathama kemudian melarikan diri ke
hutan dan berlindung kepada Bagawan Wiyasa. Keesokan harinya Pandawa menyusul
sehingga terjadi pertentangan antara Aswathama dan Arjuna. Wiyasa dan Kresna
berhasil meredakan, dan kemudian Aswathama menjadi petapa.
11) Striparwa
Isinya menceritakan bahwa Destarasta dan Gandari,
para Pandawa, Kresna dan para istri pahlawan datang ke Kuruksetra. Mereka menyesali
apa yang terjadi. Semua pahlawan yang gugur dibakar bersama.
12) Santiparwa
Isinya, setelah pertempuran selesai, para Pandawa
tinggal sebulan lamanya di hutan dengan tujuan untuk membersihkan diri. Pandawa
kembali ke istana dengan Yudhistira sebagai seorang raja.
13) Anusasanaparwa
Isinya tentang wejangan yang ditujukan kepada
Yudhistira mengenai kebatinan dan kewajiban seorang raja.
14) Aswamedikaparwa
Pada parwa atau bagian ini isinya tentang upacara
selamatan Aswameda, yakni dilepaskan sebuah binatang, berupa seekor kuda yang
kemudian diikuti oleh Arjuna dan sejumlah tentara. Selama satu tahun kuda
tersebut mengembara dan daerah-daerah yang dilaluinya menjadi wilayah kekuasaan
Yudhistira.
15) Asramawasikaparwa
Menceritakan tentang kehidupan Destarasta dan
Gandari serta Kunti (ibu Pandawa) di dalam hutan untuk menjadi petapa.
16) Mausalaparwa
Isinya tentang kemusnahan Kerajaan Kresna, karena
perang saudara. Baladewa dan Kresna meninggal.
17) Mahaprastanikaparwa
Setelah memerintah beberapa tahun lamanya para
Pandawa mengundurkan diri dan takhta diserahkan kepada Parikesit, putra
Abimanyu. Dalam pengembaraannya di hutan para Pandawa meninggal satu persatu,
mulai dari Drupadi, Sadhewa, Nakula, Arjuna dan akhirnya Bima. Tinggal
Yudhistira yang kemudian di jemput Indra menuju ke surga.
18) Swargarohanaparwa
Isinya, semula para pandawa ditempatkan di neraka
untuk membersihkan jiwa mereka, kemudian diangkat ke surga.
Kitab Arjunawiwaha ditulis oleh Empu Kanwa semasa
pemerintahan Airlangga. Isi kitab merupakan kiasan kehidupan raja Airlangga
sendiri. Diceritakan setelah Arjuna yang menjalani tapa memperoleh senjata dari
Siwa untuk membunuh raksasa Niwatakawaca yang menyerang kahyangan. Arjuna
berhasil membunuh Niwatakawaca dan sebagai hadiahnya Arjuna dikawinkan dengan
bidadari dan hidup beberapa waktu lamanya di Indraloka.
b. Zaman Kediri
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat. Hasil karya sastra pada Zaman Kediri antara lain:
1) Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh
Empu Sedah dan Empu Panuluh. Isinya memperingati kemenangan Janggala atas
Panjalu semasa raja Jayabaya.
2) Kitab Kresnayana
karangan Empu Triguna, isinya menceritakan
riwayat Kresna. Ia dikenal sebagai seorang anak yang nakal, tetapi sangat
dikasihani oleh setiap orang karena ia suka menolong. Selain itu, ia mempunyai
kesaktian yang luar biasa. Setelah dewasa ia kawin dengan Dewi Rukmini.
3) Kitab Sumarasantaka karangan Empu
Monaguna, isinya menceritakan bidadari Harini yang kena kutuk kemudian menjelma
menjadi seorang putri. Ketika masa kutukannya habis, ia kembali lagi ke
kahyangan.
4) Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya
ditulis oleh Empu Panuluh. Kitab Hriwangsa isinya menceritakan tentang
perkawinan antara Kresna dengan Dewi Rukmini.
5) Kitab Smaradhahana, karya Empu
Dharmaja.
6) Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya,
karya Empu Tan Akung.
c. Zaman Majapahit
Pada zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi menjadi zaman Majapahit Awal dan Majapahit Akhir.
1) Sastra Zaman Majapahit Awal :
a) Kitab Negara Kertagama, karangan Empu
Prapanca. Isinya tentang keadaan kota Majapahit, daerah-daerah jajahan dan
perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah-daearah kekuasaannya. Selain itu,
juga disebutkan adanya upacara Sradda untuk Gayatri, mengenai pemerintahan dan
kehidupan keagamaan zaman Majapahait. Kitab ini sebenarnya lebih bernilai
sebagai sumber sejarah budaya daripada sumber sejarah politik. Sebab, mengenai
raja-raja yang berkuasa hanya disebutkan secara singkat, terutama raja-raja
Singasari dan Majapahit lengkap dengan tahun.
b) Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular.
Isinya tentang riwayat Sotasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha.
Ia bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan semua makhluk yang ada dalam
kesulitan. Oleh karena itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam Kitab
ini terdapat ungkapan yang berbunyi; "Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana
Dharma Mangrawa", yang kemudian dipakai sebagai motto Negara kita.
c) Kitab Arjunawijaya, karangan Empu
Tantular. Isinya tentang raksasa yang berhasil dikalahkan oleh Arjuna
Sasrabahu.
d) Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui
pengarangnya. Isinya menceritakan tentang raksasa Kunjarakarna yang ingin
menjadi manusia. Ia menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Oleh
karena taat kepada agama Buddha, akhirnya apa yang diinginkannya terkabul.
e) Kitab Parthayajna, juga tidak diketahui
pengarangnya. Isinya tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu, yang
akhirnya mereka mengembara di hutan.
2) Sastra Zaman Majapahit Akhir :
Hasil karya sastra Majapahit Akhir, ditulis
dengan bahasa Jawa Tengah. Di antaranya yang ditulis dalam bentuk tembang
(kidung), dan ada pula yang berbentuk gancaran (prosa).
a) Kitab Pararaton,
isinya sebagian besar cerita mitos atau dongeng
tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu, juga diceritakan tentang
Jayanegara, pemberontakan Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.
b) Kitab Sudayana, isinya tentang
Peristiwa Bubat, yaitu rencana perkawinan yang kemudian berubah menjadi
pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada. Dalam
pertempuran itu raja Sunda (Sri Baduga Maharaja) dengan para pembesarnya
terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka sendiri kemudian bunuh diri. Kitab ini
ditulis dalam bentuk kidung.
c) Kitab Sorandakan, ditulis dalam bentuk
kidung, menceritakan tentang pemberontakan Sora terhadap Raja Jayanegara di
Lumajang.
d) Kitab Ranggalawe, ditulis dalam bentuk
kidung dan menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Tuban terhadap
Jayanegara.
e) Kitab Panjiwijayakrama, ditulis dalam
bentuk kidung dan isinya riwayat R.Wijaya sampai menjadi raja Majapahit.
f) Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan
Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar.
g) Tantu Panggelaran, tentang pemindahan
gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Runtuhan
gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menjadi gunung-gunung di Jawa.
h) Kitab Calon Arang, isinya tentang
seorang tukang tenung yang bernama Calon Arang yang hidup pada masa
pemerintahan Airlangga. Ia mempunyai anak yang sangat cantik, tetapi tidak ada
yang berani meminangnya. Calon Arang dengan sendirinya merasa terhina dan
menyebarkan penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Airlangga ia dapat
dibunuh oleh Empu Bharada.
d. Kerajaan Syailendra
Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra
yang berisi dasar-dasar pokok membuat candi.
Sumber: http://www.plengdut.com/2012/10/karya-sastra-pada-masa-perkembangan.html
Lucky Club - LuckyClub Live Casino
BalasHapusLuckyClub Casino is a new gambling experience you can try out online. We love the chance to win a huge jackpot and a lot of rewards. If you like playing luckyclub slots,